Surat Cinta untuk Para Pencinta Alam
Tuesday, April 03, 2012
Selamat siang untuk para pencinta alam, dimanapun kalian. Yang saya kenal, maupun tidak. Untuk kalian di tengah hiruk pikuk kota, dan merindukan tapal batas pegunungan. Untuk kalian di tengah nadi perekonomian, dan merindukan laut tanpa tepi. Surat ini untuk kalian.
Kata sahabat saya, seorang pencinta alam dari Fakultas Ekonomi UI, Ga pernah ada batasan untuk mencintai alam, siapapun lo, pencinta alam organisasi, atau pun independen, boleh kok naik gunung. Istilah pencinta alam terlalu sempit jika diartikan hanya untuk mereka yang tergabung dalam sebuah kelompok, tapi siapa saja yang mau mencintai Indonesia secara dekat.
Setahun yang lalu, untuk sebuah pekerjaan organisasi saya pergi bersama dua teman ke Semarang, dan di tengah perjalanan kami berhenti di sebuah kedai teh kaki gunung dan mandi di bawah pancuran air yang begitu dingin. Mereka bilang, anak muda sia-sia jika tidak pergi keliling Indonesia. Damn, Indonesia is dangerously beautiful! Kita tidak perlu masuk ke sebuah organisasi untuk bertualang, yang diperlukan adalah kemauan untuk belajar dan mencintai setiap jengkal Indonesia. Setidaknya itulah bekal para aktivis. Khususnya aktivis lingkungan. Tak ada gunanya melawan degradasi dan deforestasi hutan, jika kita tidak pernah masuk dan trekking di dalam belantara hutan Indonesia. Tak ada gunanya melawan perusakan laut jika kita tidak melihat sendiri keindahan coral yang tidak terjamah dan coral yang sudah mengalami bleaching. Tak ada gunanya pula berteriak untuk hak kaum nelayan dan petani jika tidak pernah hidup bersama mereka. Maka saya terima tantangan itu.
Sukamantri. Sebuah perjalanan di tengah terik dan keringnya tenggorokan karena puasa. Bertualang di tengah eksploitasi batu kali, ditemani deru truk pengangkut yang terus mengambil sumber daya di sini. Sebuah perjalanan yang mengajarkan saya, teman sejati kita dapatkan di tengah kesusahan mencapai tujuan, bukan hura-hura mall dan disko. Analoginya, seorang sahabat tidak akan meninggalkanmu hanya karena kamu dehidrasi, atau hipotermia. Pun jika kamu mati, ia akan membawa jasadmu turun dan datang kembali ke tempat kamu mati. Di tempat lain, seorang teman mungkin akan meninggalkanmu mabuk dan menertawaimu karena muntah-muntah yang disebabkan oleh bir yang kamu minum, dan kemudian lupa akan semua gemerlap yang kamu lalui bersama.
Semeru, hanyalah sebuah perjalanan lain yang membuat saya mengerti kenapa Soe Hok Gie mesti mati di sini. Inilah, tempat terindah yang mungkin pernah saya jejaki. Saya mengobrol dengan tukang jeep yang ramah, diberi masker kain yang sepertinya buatan sendiri oleh pencinta alam lain yang tidak saya kenal, dipaksa masuk tenda teman pencinta alam lainnya untuk berlindung, berbagi makanan di pagi hari, berenang di Ranu Kumbolo, dan ditawari menginap oleh seorang penduduk lokal di Malang ketika saya kemalaman turun dari Semeru. Saya cinta Indonesia. Saya cinta setiap jengkal tanahnya. Dan kalian, yang mengajarkan saya untuk terus menjelajah Indonesia dan mencintai tanah serta penduduknya, dari dekat.
Pangrango, Galunggung, Dieng, Telomoyo, Krakatau, Salak, Parangkusumo, Baturraden, Kaliurang, Ranca Upas, Pulau Pari, Pulau Pramuka, Tanjung Lesung, Balikpapan, Bengkulu, Batang, Bodogol, Bali, hanyalah beberapa kisah lainnya, yang makin mendorong saya belajar untuk survive di tengah alam yang kuat. Seperti halnya peringatan di Gunung Salak bahwa manusia hanya bisa menjejaki puncak gunung, bukan menaklukkannya. Kalian, manusia-manusia berjiwa kuat, membuat saya jatuh cinta dengan prinsip-prinsip untuk tidak merusak alam, menghormati alam, mencintai alam, dan bertahan hidup. Sebuah tanya bagaimana manusia bisa mengalahkan "survival for the fittest" Darwin, terjawab jika saya mengamati perilaku para pencinta alam.
Kalian, yang berjabat tangan mesra meski belum saling mengenal.
Kalian, yang berbagi makanan di tengah dinginnya udara dan kurangnya kebutuhan biologis.
Kalian, yang berbagi pemandangan di tengah gelapnya malam, dan teriknya matahari.
Kalian, yang menembus hujan dan tebaran debu pasir.
Kalian, yang saling menguatkan, saling mengajarkan, dan saling membantu tanpa banyak bicara.
Kalian, yang mau membagi berat bawaan dan berbagi tempat untuk sekedar beristirahat.
Kalian, yang berteriak di tengah tanah lapang setelah berhasil mengalahkan diri sendiri.
Kalian, yang mau membantu saya selama ini, meski saya bukan bagian dari organisasi kalian.
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari hidup di alam bebas, yang mungkin tidak akan pernah dimengerti oleh mereka yang belum ikut langsung dalam perjalanan kalian.
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” - Soe Hok Gie
Now I see the secret of the making of the best persons,
It is to grow in the open air, and to eat and sleep with the earth. - walt Whitman.
Saya rasa mereka yang belum pernah merasakan hangatnya kalian, dan bagaimana hidup bersama kalian belum pantas berkomentar apapun tentang kalian. Tidak, satu kata pun.
Saya cinta kalian, bagi pencinta alam yang sudah berbagi jeep bersama saya di Semeru, yang sudah berbagi tawa di Kandang Badak, sudah berbagi upacara Sumpah Pemuda di Pangrango, berbagi sop di Ranu Kumbolo, berbagi cerita di Salak, berbagi tempat tidur di Bodogol, serta kalian semua yang tidak saya kenal, namun tidak bisa saya sebutkan bantuannya di sini.
Saya sedih ada yang mencaci kalian. Tapi saya tahu kalian tidak apa-apa, karena mereka yang mencaci adalah orang-orang yang tidak pernah hidup bersama alam. Saya kuliah di psikologi, dan mendalami environmental psychology. Seorang tokoh pendidikan bernama Jean Piaget beranggapan bahwa inteligensi adalah kemampuan beradaptasi seseorang dengan lingkungannya. Ditambah dengan Chomsky (1976) ...intelligence is not necessarily by the person's ability to score high on IQ test, but also and most important, her/his survival skills that include the ability to carry on with limited supply of food and resources, adapt to the environment, and change the environment despite the overwhelming pressure of lawlessness, violence, pollution, and disease. Kalian semua cerdas, dan sesungguhnya definisi inteligensi sebagai kemampuan beradaptasi menurut saya benar, karena kemampuan adaptasi lah yang menghidupkan manusia sampai detik ini. Kalian bukan orang-orang manja, dan kalianlah orang-orang yang siap menghadapi dunia. Saya berjanji akan membuat penelitian untuk membuktikan ini, meski butuh proses panjang, sehingga hasilnya bisa kita sama-sama lihat dan buktikan pada mereka yang mencaci kalian.
Selamat siang, selamat beraktivitas kembali. Sampai jumpa di kala kita bertemu nanti.
...tegaklah ke langit luas, atau awan yang mendung, Kita tak'kan pernah menanamkan apa-apa, kita tak'kan pernah kehilangan apa-apa...
32 comments
Blog yang bagus mbak.. Semangat buat para pecinta alam..
ReplyDeleteSalam dari Bandung.
memangnya apa yang mereka caci sista kepada para pecinta itu ?
ReplyDeleteTerima kasih juga, semangat menjalankan aktivitas weekdays untuk jalan-jalan saat weekend, salam.
ReplyDeletehaha, beberapa hal prinsipil bro, masalah kita ga tau bener2 soal alam yg kita bela lah, tong kosonglah, dll. Heheheh~ let's stay calm, and enjoy the music *sambil hiking*
ReplyDeletesuratnya saya terima teh. ^_^
ReplyDeletesaya juga bukan orang yg tergabung di satu kelompok khusus dng misi hebat. :)
saya cuma ingin meneruskan kalimat warisan bapak. :)
Learn is look around in every single step you made. :)
i like this....
ReplyDeleteterima kasih A' :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir, ayo tetap jalan-jalan. Kalo kata TNF, never stop exploring. yeeeayy~
Waah...saya sukaa banget artikel ini...thanks
ReplyDeletehehe
ReplyDeleteTNF itu apah ya? :D
oia, kayaknya udah keliling Indonesia ya?
Terima Kasih mbak sudah mengajak saya berpetualang.
ReplyDeleteSalam Lestari
@pencarijejak The North Face :D hahahah
ReplyDeletebelooooom koook ayok ajak saya jalan2 haha
@atas etjiye. kan situ jg ngajakin saya hahah
tq atas suratnya mbak bisa buta tambah pengalaman, dan moti fasi buat selalu berpetualang dan mencintai indonesia..
ReplyDeletelestari..
yo mas, salam petualang. hehe terima kasih sudah mampir.
ReplyDeletewah, masih muda tapi sudah kemana-mana di Indonesia ya, luar biasa.
ReplyDeletesaya suka tulisannya, salam kenal, salam lestari :)
salam kenal juga, salam lestari, terima kasih sudah mampir :)
ReplyDeleteSungguh menggugah...terutama perlunya menggugah jiwa bahari bagi pemuda indonesia yg saat ini dirasa masih sangat kurang
ReplyDeletehaha, thanks sudah mampir ya. Tetap jalan-jalan mengeksplor indonesia :)
ReplyDeletesukses bikin merinding dan berkaca-kaca, coba kenal lo dari lama haha nice post kaka puspita :)
ReplyDeletehaha, trus kalo kenal dr lama lo mau ngapan git?
ReplyDeleteMacarin gue? hahahaha
mantabsss....
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir.
ReplyDeleteSalam Lestari Mbak Pita,,,
ReplyDeleteSemoga Artikel dari mbak Pita bermanfaat bagi Kita semua & kita Renungkan...
Salam lestari juga, yang penting tetap jalan-jalan dengan bijaksana. Hehe
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir
selalu kangen sama sambutan hangatnya alam :)
ReplyDeleteyap, sama, ayo jalan-jalan :)
ReplyDeletecerdas :}
ReplyDeleteterharu bacanyaaa :')
ReplyDeletekeren kak :) salam lestari
ReplyDeletedisini kami semua bersaudara. salam lestari :)
ReplyDeleteiya makasih imam.
ReplyDeletesalam lestarii.
Baru saya baca... :)
ReplyDeleteTampak sangat berkesan sekali teh dengan berbagai perjalannya, semoga bisa merasakan suasana yang luar biasa demikian.
Salam buat para pecinta Alam
Halo Gilang, thanks for reading ya :)
ReplyDeleteSalam juga untuk yang di sana, keep exploring. Menjelajah, bukan untuk menaklukkan :D
Let's give me a feedback!