Hanya Sebuah Ruang Hampa untuk Kita
Monday, June 24, 2013
"Akan kemanakah aku dibawanya? Hingga saat ini menimbulkan tanya
Engkau dan Aku menuju ruang hampa
Tak ada sesiapa hanya kita berdua" - Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa, Efek Rumah Kaca
"Singing my song all alone, summer ending without sun" - Song for Jean, Tristan
"Bersembunyi di balik tirai, memandang jalan.
Gadis kecil ingin keluar, menantang alam.
Tapi di sana hujan, tiada berkesudahan.
Tapi di sana hujan turun membasahi semua sudut kota, hapus tiap jejak jalan pulang." - Di Atas Kapal Kertas, Banda Neira
Indonesia sedang menghadapi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang resmi naik tanggal 22 kemarin. Semua sibuk, semua bersiap. Di depan mata, bulan puasa akan datang bagi kaum yang akan menjalaninya. Saya, kebetulan adalah salah satunya.
Indonesia sibuk. Titik-titik demonstrasi menolak BLSM dan meminta BBM jangan naik sudah ada di mana-mana. Macet, riuh, berontak, ramai.
Di lain sisi, Jakarta berulang tahun. Begitu pula walikotanya di umur yang ke-52. Jakarta berpesta. Di festivalnya, di pesta rakyatnya. Monas jadi primadona. Pagelaran megah juga akan digelar. Jakarta ramai. KAI sampai meminta pengguna kereta dari Gambir untuk datang lebih cepat sebelum keramaian akan menjamur di pusat kota.
Jakarta sibuk. Titik-titik perayaan, PRJ, Monas, juga Jakcloth Summer Festival, akan datang pula Java Rockin' Land, semuanya disediakan untuk warga Jakarta. Saya, kebetulan bukan warga Jakarta tapi salah seorang commuter Jakarta. Keramaian berimbas pada aktivitas saya.
Di lain sisi, rumah saya juga tidak bisa menyediakan saya kedamaian beberapa hari belakangan. Hanya kamar saya, yang menyediakan saya keheningan. Saya biarkan berantakan dengan berbagai peralatan dan pernik untuk membuat sesuatu. Sekedar kartu ucapan, pop up, atau sekedar tulisan di jurnal saya. Semuanya menjadi ruang hampa bagi saya. Semua yang saya sentuh hanya diam namun memberikan kebahagiaan berarti. Hingga saya tidak perlu dengar teriakan di sudut ruang lain dan celotehan yang menurut hemat saya tak perlu terucap.
Ruang hampa. Berikan saya ruang hampa.
Seperti Ranu Kumbolo. Hanya aku, kamu, gemericik air, rumput basah, dan bintang. Tanpa tenda.
Ah, kini Ranu Kumbolo sudah ramai. Terima kasih untuk film 5cm.
Ruang hampa. Berikan saya ruang hampa.
Gelap, jauh di dalam. Sepi. Hingga hanya doa kita yang terdengar di dalamnya. Bisik untuk tetap di sini, sedikit lebih lama. Sehingga tak terdengar lolongan anjing atau serigala di luar yang hanya mengganggu kita. Sehingga tak terdengar jangkrik yang ingin menghibur. Sehingga tak terlihat kerlip kunang-kunang di hamparan sawah yang bisa menyejukkan mata.
Saya tidak butuh itu.
Saya tak butuh hiburan kosong itu.
Tidak ada kebebasan kecuali dalam kehampaan.
Jangan berisik, jangan banyak bicaralah.
Saya hanya sedang butuh kehampaan.
Karena saya tahu, hanya kehampaan yang akan selalu mendengarkan saya.
Tanpa perlu alasan.
Berisik. Kalian semua berisik!
0 comments
Let's give me a feedback!