Dua Perintah Tuhan
Friday, December 20, 2013
Akhir-akhir ini, saya lagi sering jadi misionaris, menyampaikan pesan Tuhan pada orang-orang terdekat. Hanya dua hal sederhana, perintah Tuhan pada kekasihnya.
Satu, bacalah.
Kata Efek Rumah Kaca, jangan bakar buku. Karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya. Karena setiap aksara, membuka jendela dunia. Buat saya orang cerdas itu sederhana. Ia banyak membaca. Buat saya orang bijak itu sederhana. Ia tidak memilih apa yang ia baca. Selama memberikannya manfaat yang baru, ia membaca apapun, baik yang menjadi bidang ilmunya atau tidak. Selesai membaca, ia akan sadar bahwa betapa banyak hal di dunia ini yang tidak ia ketahui. Bijak adalah mengetahui bahwa kita tidak mengetahui apapun di dunia ini, kalau kata Socrates.
Makna dari kata "read" dalam Oxford Dictionary (arti kedua) adalah:
"discover (information) by reading it in a written or printed source."
Sementara makna adjektiva:
"...having a specified level of knowledge as a result of reading."
Ya. Membaca adalah soal penemuan, sekedar kata-kata, ilmu, inspirasi, mengerti, dan memaknai. Saya bisa langsung ilfeel sama cowok begitu dia bilang, "wah gue nggak tau / pernah baca tuh National Geographic."
Membaca bukan sekedar hobi, bukan sekedar kerjaan orang nerd.
Membaca adalah perintah Tuhan.
Kadang terlalu banyak membaca membuat kita tidak peka.
Kadang, terlalu banyak membaca juga membuat kita merasa sudah hebat, tahu segalanya.
Kadang pula, terlalu banyak membaca membuat kita malas bergerak, karena merasa sudah menggenggam segalanya.
Ah, apa artinya ilmu jika tidak bisa diaplikasikan?
Filsafat saja, sebagai ibu dari segala ilmu menurut saya sangat aplikatif.
Filsafat adalah ilmu murni yang mempertanyakan segalanya.
Bagaimana bisa kita membuat pesawat tanpa mempertanyakan, "kenapa burung bisa terbang, lalu saya tidak?"
Sebuah pertanyaan konyol yang kini mampu membawa kita dari Jakarta ke Denpasar dalam waktu tempuh kurang dari dua jam.
Maka itu Tuhan memberi perintah kedua, hijrahlah.
Pindah dari satu tempat yang mungkin sudah menjadi tempat bernyaman-nyaman selama ini,
ke sebuah tempat yang sangat baru dan tidak familiar.
Hijrah itu sebuah tindakan menakjubkan.
Memulai dengan langkah kecil dan berakhir dengan membangun peradaban baru.
Kata dosen saya, home is a haven.
Ya, haven. Tempat berlabuh.
Hijrah artinya meninggalkan tempat berlabuh kita selama ini.
Ada tempat-tempat yang bisa saja memiliki karakter haven tersebut, meski secara fisik bukan rumah tempat tinggal kita.
Hijrah mengajarkan bukan hanya soal perpindahan.
Bukan hanya soal menemukan tempat berlabuh yang baru.
Hijrah mengajarkan sebuah keberanian,
untuk meninggalkan apa yang harus ditinggalkan di belakang, dan memulai hidup baru.
Maka hijrahlah, namun sebelumnya, bacalah.
Agar tidak salah langkah, namun juga tidak hanya berhenti di tempat.
Kenalkan saya pada pria yang selalu berani berhijrah dan gemar membaca,
I will fall for him,
for sure.
"Pria yang tidak berani memulai perjalanan jangan dinikahi" - Gol A Gong
0 comments
Let's give me a feedback!