Kehilangan
Wednesday, November 16, 2016
Matanya berbinar saat saya menjelaskan mengenai aplikasi aliran dan dasar-dasar Behaviorisme dalam industri digital saat ini, yang saya sebut dengan Gamification, ekspertis saya dalam kurun tiga tahun terakhir. Ia sangat bersemangat saat tahu bahwa John Watson dan BF Skinner tetap hidup sampai saat ini, mereka ada di dalam aplikasi-aplikasi ponsel pintar kita. Pada Senin lalu, kelas Teori Klasik Psikologi ini khawatir saat mengetahui kondisi beliau kritis di rumah sakit sehingga tidak bisa mengajar hari itu, ia jatuh saat hampir terbang dengan pesawat menjemput kesibukan lainnya.
Hening.
***
Saya mengenal Profesor Sarlito pertama kali dari catatan Soe Hok Gie saat baru awal kuliah. Gie menyebut nama "Ito" dalam catatan yang menerangkan akan digelar diskusi dari mahasiswa Sastra dan Psikologi di Kampus UI Rawamangun saat itu. Saya penasaran saat itu; siapakah "Ito" ini, yang saya rindukan ada di Fakultas Psikologi, aktivis yang dekat dengan masyarakat dan membuat diskusi lintas disiplin mengenai permasalahan bangsa?
Kemudian saya mengetahui beliau adalah Mas Ito, guru besar Psikologi yang sangat aktif menulis baik di media formal maupun media sosial. Saya ingat betul mengutip status facebooknya mengenai banjir dan perilaku masyarakat Jakarta beberapa tahun lalu. Saat saya masih mahasiswa S1 dulu, saya hanya berkesempatan sekali diajar oleh beliau di kelas pengantar Psikologi Sosial. Bukan bahasannya yang saya ingat, tapi saat beliau masuk, langsung berbalik menutup pintu dan melarang mahasiswa-mahasiswa di belakangnya masuk ke kelas karena ia anggap sudah telat. Sampai terakhir saya bertemu beliau dua minggu lalu, ia masih on time dan disiplin seperti biasanya.
Dua minggu lalu ia membahas mengenai demo besar 4 November 2016. Lagi-lagi ia berargumen, "sebegitu lemahkah Tuhan hingga perlu dibela? Apakah orang-orang yang berdemo membela Tuhan, atau membela agama? Jika iya membela agama, apakah bukan berarti ia menuhankan agama, dan itu syirik besar?"
Dalam diskusi dua minggu itu juga saya mengajukan ide bahwa demo "bela agama" 4 November itu bukan hal baru. Saya tidak menganggap Ahok salah, tapi barangkali ada kesalahan dalam redaksionalnya dalam menyebut ayat kitab suci. Beberapa waktu lalu saya diajak seseorang menonton dokumenter The Beatles dan sejak itu saya mencari tahu lebih lanjut demo besar-besaran setelah John Lennon berkata "we are more popular than Jesus". Seringkali masyarakat melihat demo kemarin "norak", tapi menurut saya tidak juga. Agama barangkali masih menjadi hal yang paling sensitif karena menyangkut kepercayaan diri seseorang - dan jangan pernah sekali-kalinya berani mengusik kepercayaan diri seseorang karena itu bagian dari human survival. Saat itu Mas Ito sangat setuju, dan mengatakan ide dan contoh kasus yang saya ajukan sangat bagus. Saya ingat kata dosen pembimbing saya: "dosen terbaik adalah yang mau mengakui kesalahannya dan mengakui jika ada mahasiswa yang lebih tahu dari dirinya." Mas Ito adalah sosok rendah hati yang seperti itu.
Kemarin pagi saya mendapat kabar ia sudah berpulang dan tidak berhasil melewati kondisi kritis pendarahan di saluran pencernaannya. Di tengah kantuk luar biasa, saya masih berusaha bertukar kabar dengan sivitas Psikologi dan merenungi semua yang ia katakan di kelas. Terlepas ia menjadi saksi ahli di Kasus Wayan Mirna, atau menjadi saksi hidup sepak terjang Gie di kancah politik Indonesia, ia tetap Mas Ito yang saya sayang. Yang selalu duduk di pojok kanan depan dan sesekali asyik dengan ponsel pintarnya, tapi mendengarkan mahasiswanya. Yang aktif memberikan pandangannya dan membuat Psikologi dicintai masyarakat dari status facebook dan twitternya. Yang selalu banyak tertawa, dan sabar menjelaskan postulat-postulat teori yang rumit. Yang mengedepankan penggunaan istilah Indonesia dalam menjelaskan Psikologi ketimbang kalah dengan istilah asing. Yang sepakat dengan Gie (juga Hatta, barangkali) untuk antikomunis, tapi bukan berarti setuju dengan pembantaian PKI.
Saya mengenang beliau melalui tulisan ini, sebagaimana ia selalu menulis untuk kemajuan Ilmu Psikologi Sosial.
Selamat pulang, Mas Ito.
Selamat berkumpul kembali dengan Gie dan tunggu saya di sana.
0 comments
Let's give me a feedback!